Beberapa waktu yang lalu , di suatu Minggu pagi saya terpaksa harus ke UGD sebuah rumah sakit di kota saya. Singkat cerita, itu cuma pre menstruasi syndrome biasa, setiba disana saya juga merasa lebih baik mungkin obat penghilang rasa sakit yang saya makan sudah mulai bereaksi sehingga tiba disana saya merasa sudah baikan, dan dari pemeriksaan tekanan darah cukup rendah dan kondisi saya yang kurang fit mungkin memperparah keadaan saya tersebut. sayapun sudah bisa langsung pulang tapi karena saya harus menunggu jemputan saya masih tetap berada di ruangan tersebut. Tak beberapa lama masuklah beberapa orang perawat memasang penyekat di tutupi kain pemisah antara tempat tidur saya dengan tempat tidur disebelah saya. " katanya akan masuk pasien korban kecelakaan'". Beberapa saat kemudian masuk 1 orang lelaki diikuti oleh 2 orang lelaki temannya. Saya agak heran katanya akan masuk korban kecelakaan tapi dari 3 orang lelaki tersebut tidak ada yang datang dengan menggunakan kursi roda. Saya berpikir yang mana yang korban kecelakaan dari ke3 pria tadi. Dari 3 orang tersebut, pria pertama yang masuk cukup menarik perhatian saya. Badannya kecil, tidak terlalu tinggi dan kelihatan pucat ,saya menduga dialah korban kecelakan tersebut. Tak beberapa lama kemudian masuklah dokter jaga yang merawat saya tadi beserta seorang perawat. Saya mendengar dokter tersebut menanyakan bebrapa pertanyaan seputar kejadian dan data pasien tersebut.Kemudian saya juga mendengar dokter itu bertanya siapa yang menanggung biaya perawatan dan lelaki tersebut menjawab perusahaan tempatnya bekerja. Dari percakapan tersebut saya mengetahui bahwa pria itu bukan korban kecelakaan lalu lintas melainkan kecelakaan kerja. Ia adalah seorang pekerja bangunan. Pada saat ia bekerja ia tertimpa balok besar di bagian belakang kepalanya sehingga ia sempat pingsan 2x. Saya juga mendengar bahwa ia tinggal di mess di lokasi yang mereka bangun sedangkan keluarganya tinggal di Jawa . Saya agak sedikit miris mendengar cerita tersebut merantau jauh dari keluarga untuk menyambung hidup dengan menjadi buruh bangunan di luar pulau, penghasilannya juga mungkin tidak seberapa sedangkan disamping membiayai hidupnya disini tentunya ia juga harus mengirimkan uang untuk keluarga di Jawa, dan sekarang juga sakit jauh dari keluarga ,"pikir saya. Tidak terlalu lama pemeriksaan dilakukan karena masih menunggu gejala lanjutan seperti muntah baru dilakukan pemeriksaan, lalu dokter tersebut berkata" Bapak mau dirawat disini atau dirumah? Temannya menjawab cepat sebaiknya dirawat di sini karena nanti di mess belum tentu ada orang dan akan susah juga untuk segera membawanya kesini. Tetapi Bapak itu menjawab dirumah saja. Saya sendiri cukup kaget dengan pertanyaan dokter tersebut karena dari cerita bapak tadi yang sempat pingsan dua kali bukankah seharusnya ia dirawat dulu sementara di rumah sakit sampai masa observasi tersebut sepengetahuan saya untuk mengetahui apakah kita menderita gegar otak tersebut adalah 2 hari, keterangan tersebut saya peroleh dari seorang dokter jaga pada saat salah seorang anggota keluarga jatuh dari motor, malahan saudara saya tersebut sama sekali tidak pingsan, dan kondisinya baik-baik saja dan kami memilih untuk dirawat di Rumah sakit saja sampai masa observasi lewat sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat segera mendapat pertolongan.
Tak beberapa lama bapak itu pulang, kelihatan badannya masih lemah. Saya agak sedikit menyayangkan pertanyaan dokter tersebut yang memberi pilihan apakah ia pulang atau dirawat. Tak ada pemeriksaan yang berarti cuma tanya jawab dan diukur tensi darah masih menunggu gejala lajutan, padahal sebelumnya ia sudah sempat pingsan 2X akibat tertimpa balok dari bahan bangunan tempat ia bekerja tepat dibagian belakang kepala, dan ia tinggal di mess bagaimana bila ada gejala lanjutan dan tidak segera mendapat pertolongan. Saya sempat berbincang dengan bapak tersebut dan menyarankan agar ia tinggal sebentar paling tidak sampai sore hari menunggu apakah ada gejala lanjutan atau tidak apalagi temanya tadi sempat berkata sebaiknya di rumah sakit karena nanti takut susah membawa kerumah sakit ataupun di mess sedang tidak ada orang karena sibuk bekerja. Tapi bapak tersebut memilih pulang, mungkin alasan biaya atau alasan lain yang saya tidak tahu. Saya cuma berharap semoga bapak itu sembuh dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan .
Tak beberapa lama bapak itu pulang, kelihatan badannya masih lemah. Saya agak sedikit menyayangkan pertanyaan dokter tersebut yang memberi pilihan apakah ia pulang atau dirawat. Tak ada pemeriksaan yang berarti cuma tanya jawab dan diukur tensi darah masih menunggu gejala lajutan, padahal sebelumnya ia sudah sempat pingsan 2X akibat tertimpa balok dari bahan bangunan tempat ia bekerja tepat dibagian belakang kepala, dan ia tinggal di mess bagaimana bila ada gejala lanjutan dan tidak segera mendapat pertolongan. Saya sempat berbincang dengan bapak tersebut dan menyarankan agar ia tinggal sebentar paling tidak sampai sore hari menunggu apakah ada gejala lanjutan atau tidak apalagi temanya tadi sempat berkata sebaiknya di rumah sakit karena nanti takut susah membawa kerumah sakit ataupun di mess sedang tidak ada orang karena sibuk bekerja. Tapi bapak tersebut memilih pulang, mungkin alasan biaya atau alasan lain yang saya tidak tahu. Saya cuma berharap semoga bapak itu sembuh dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar