” Pak kenapa tidak mau dievakuasi?
” Saya mau jaga rumah
saya
“Pak, kenapa ibu tidak mau di evakuasi?
” ibu menjaga
buntelan-buntelanya
Percakapan antara
seorang reporter TV yang sedang meliput berita evakuasi warga yang tinggal di
lokasi banjir dengan seorang warga yang masih bertahan untuk tetap tinggal
dirumahnya walaupun air sudah mencapai ketinggian atap rumah mereka. Situasi
yang sangat memprihatinkan ketika melihat
seorang ibu yang membawa bungkusan dari kain yang mungkin berisi pakaian
ataupun harta benda mereka yang akhirnya setelah dibujuk oleh reporter tersebut
bersedia ikut dengan tim evakuasi. Di media TV terlihat para petugas cukup
kesulitan untuk membujuk warga agar mau dievakuasi ke posko -posko terdekat.
Banyak warga yang
menolak untuk dievakuasi dan memilih untuk tetap tinggal untuk menjaga rumah
mereka walaupun mungkin mereka tinggal diatap rumah ataupun di lantai dua rumah
mereka. Bahkan banyak warga yang tinggal bersama- sama dengan hewan ternak
peliharaan mereka. Sepertinya pepatah rumahku istanaku benar-benar terbukti
disebagian banyak warga yang tetap tinggal disekitar rumah mereka walaupun
kondisinya sungguh sangat tidak nyaman dan juga kemungkinan dapat membahayakan
bila banjir kiriman datang lagi.
Banjir besar yang
melanda Jakarta yang sudah diprediksikan akan terjadi setiap 5 tahun karena
fenomena alam. Tetapi tidak bisa dipungkiri faktor manusialah yang memperburuk
hal tersebut. Semakin berkurangnya daerah resapan air, banyaknya lahan hijau
yang beralih fungsi dengan pembangunan
gedung-gedung, dan juga sistem pembuangan air yang kurang baik merupakan
beberapa penyebab diantara beragam kompleknya permasalahan di kota Jakarta.
Banjir besar yang
melanda Jakarta telah banyak merusak rumah warga, istana tempat mereka tinggal
dan juga harta benda mereka yang bukan tidak mungkin itulah harta yang mereka
punya. Bagi warga ekonomi keatas kemungkinan mereka mengasuransikan rumah dan
harta benda mereka sehingga mendapat ganti rugi tapi bagi warga ekonomi kebawah
ataupun yang kehidupannya pas -pasan, kemungkinan sangat kecil bila mereka
mengasuransikan rumah mereka. Persoalan perekonomian yang sudah sulit pastilah
akan semakin sulit pasca banjir ini bagi mereka, belum lagi kerepotan untuk
membersihkan rumah dan sekitarnya dan tentulah sangat menguras fisik maupun
mental warga. Tentunya bantuan dari semua warga negara lainnya sangat
diperlukan untuk membantu meringankan persoalan mereka sekaligus juga menunjukan
kepedulian dan semangat solidaritas kebangsaan dan yang terpenting tentunya
peranan dan bantuan dari Pemerintah sendiri
Salut melihat Gubernur
bapak Jokowi yang benar-benar terjun langsung ketengah-tengah masyarakat ikut
merasakan bagaimana penderitaan akibat banjir. Juga salut buat tim evakuasi,
tim satgas, relawan, satpol PP dan juga TNI yang telah bekerja keras dalam
mengevakuasi warga, dan menyediakan makanan, minuman dan posko tempat pengungsian. Terlihat bagaimana
kerja keras mereka pagi, siang dan malam membantu korban banjir.
Pak Jokowi benar -benar menjadi contoh pemimpin yang
terjun langsung dan bukan hanya dibalik meja memerintah para bawahanya. Selama
saya menonton TV tidak pernah terdengar anggota DPR ataupun MPR yang terjun
langsung membantu korban banjir. Apakah karena mereka elite politik sehingga
tidak perlubasah, kotor, bersusah payah seperti para petugas lainnya? atau
karena banjirnya Jakarta jadi yang repot cuma pemerintah propinsi DKI Jakarta? atau masalah banjir di Jakarta
bukan urusan mereka? bukan atau mungkin
tidak tersorot media? Mudahan-mudahan.
Paling tidak bantuan materil sangat dibutuhkan oleh warga kalau tenaga
sepertinya masih banyak relawan yang bersedia untuk itu. dan itu terasa lebih
nyata dan dapat dirasakan oleh warga misalnya mengeluarkan dana pribadi untuk
memperbaiki rumah warga yang rusak. Atau semua itu sudah dilakukan oleh para
anggota DPR/MPR secara tersembunyi ,
tetapi seperti kata pepatah bila tangan kanan memberi tangan kiri tidak perlu
tahu,MUdah-Mudahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar