Minggu, 20 Januari 2013

Rumahku Tetap Istanaku meski Banjir Menerjang

” Pak kenapa tidak mau dievakuasi?
 ” Saya mau jaga rumah saya
 “Pak,  kenapa ibu tidak mau di evakuasi?
 ” ibu menjaga buntelan-buntelanya

Percakapan antara seorang reporter TV yang sedang meliput berita evakuasi warga yang tinggal di lokasi banjir dengan seorang warga yang masih bertahan untuk tetap tinggal dirumahnya walaupun air sudah mencapai ketinggian atap rumah mereka. Situasi yang sangat memprihatinkan ketika melihat  seorang ibu yang membawa bungkusan dari kain yang mungkin berisi pakaian ataupun harta benda mereka yang akhirnya setelah dibujuk oleh reporter tersebut bersedia ikut dengan tim evakuasi. Di media TV terlihat para petugas cukup kesulitan untuk membujuk warga agar mau dievakuasi ke posko -posko terdekat.
 Banyak warga yang menolak untuk dievakuasi dan memilih untuk tetap tinggal untuk menjaga rumah mereka walaupun mungkin mereka tinggal diatap rumah ataupun di lantai dua rumah mereka. Bahkan banyak warga yang tinggal bersama- sama dengan hewan ternak peliharaan mereka. Sepertinya pepatah rumahku istanaku benar-benar terbukti disebagian banyak warga yang tetap tinggal disekitar rumah mereka walaupun kondisinya sungguh sangat tidak nyaman dan juga kemungkinan dapat membahayakan bila banjir kiriman datang lagi.
 Banjir besar yang melanda Jakarta yang sudah diprediksikan akan terjadi setiap 5 tahun karena fenomena alam. Tetapi tidak bisa dipungkiri faktor manusialah yang memperburuk hal tersebut. Semakin berkurangnya daerah resapan air, banyaknya lahan hijau yang beralih fungsi dengan  pembangunan gedung-gedung, dan juga sistem pembuangan air yang kurang baik merupakan beberapa penyebab diantara beragam kompleknya permasalahan di kota Jakarta.
Banjir besar yang melanda Jakarta telah banyak merusak rumah warga, istana tempat mereka tinggal dan juga harta benda mereka yang bukan tidak mungkin itulah harta yang mereka punya. Bagi warga ekonomi keatas kemungkinan mereka mengasuransikan rumah dan harta benda mereka sehingga mendapat ganti rugi tapi bagi warga ekonomi kebawah ataupun yang kehidupannya pas -pasan, kemungkinan sangat kecil bila mereka mengasuransikan rumah mereka. Persoalan perekonomian yang sudah sulit pastilah akan semakin sulit pasca banjir ini bagi mereka, belum lagi kerepotan untuk membersihkan rumah dan sekitarnya dan tentulah sangat menguras fisik maupun mental warga. Tentunya bantuan dari semua warga negara lainnya sangat diperlukan untuk membantu meringankan persoalan mereka sekaligus juga menunjukan kepedulian dan semangat solidaritas kebangsaan dan yang terpenting tentunya peranan dan bantuan dari Pemerintah sendiri
 Salut melihat Gubernur bapak Jokowi yang benar-benar terjun langsung ketengah-tengah masyarakat ikut merasakan bagaimana penderitaan akibat banjir. Juga salut buat tim evakuasi, tim satgas, relawan, satpol PP dan juga TNI yang telah bekerja keras dalam mengevakuasi warga, dan menyediakan makanan, minuman  dan posko tempat pengungsian. Terlihat bagaimana kerja keras mereka pagi, siang dan malam membantu korban banjir.
 Pak Jokowi  benar -benar menjadi contoh pemimpin yang terjun langsung dan bukan hanya dibalik meja memerintah para bawahanya. Selama saya menonton TV tidak pernah terdengar anggota DPR ataupun MPR yang terjun langsung membantu korban banjir. Apakah karena mereka elite politik sehingga tidak perlubasah, kotor, bersusah payah seperti para petugas lainnya? atau karena banjirnya Jakarta jadi yang repot cuma pemerintah propinsi  DKI Jakarta? atau masalah banjir di Jakarta bukan urusan mereka? bukan  atau mungkin tidak tersorot media? Mudahan-mudahan.  Paling tidak bantuan materil sangat dibutuhkan oleh warga kalau tenaga sepertinya masih banyak relawan yang bersedia untuk itu. dan itu terasa lebih nyata dan dapat dirasakan oleh warga misalnya mengeluarkan dana pribadi untuk memperbaiki rumah warga yang rusak. Atau semua itu sudah dilakukan oleh para anggota DPR/MPR secara tersembunyi  , tetapi seperti kata pepatah bila tangan kanan memberi tangan kiri tidak perlu tahu,MUdah-Mudahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar