Selasa, 09 Oktober 2012

Selamat pagi ibu, ada yang bisa saya bantu?

Pada hari Minggu yang lalu saya bermaksud membeli sebuah buku di toko buku terkenal di kota saya yang berada di sebuah pusat perbelanjaan. Karena malas untuk berkeliling saya pun menuju meja customer service untuk menanyakan buku yang saya cari. Hari itu masih pagi dan sepertinya toku buku tersebut baru buka dan petugas customer service tersebut sepertinya baru saja tiba terlihat dari tasnya yang masih ada diatas meja. Dia pun dengan ramah menyapa saya, pagi ibu , ada yang bisa saya bantu lalu sayapun menyebutkan beberapa judul buku yang saya cari. Kemudian ia melihat persediaan buku tersebut di komputer dan kemudian ia pergi sendiri untuk mengambil buku - buku tersebut dan menyerahkan kepada saya. Saya cukup terkesan dengan pelayanan petugas tersebut disamping ia melayani pengunjung yang datang untuk menanyakan apakah buku yang mereka cari ada atau tidak persediaannya, ia juga tak segan harus mondar - mandir sendiri mengambil buku - buku yang dicari dari rak nya pada saat teman pramuniaga yang lain sedang tidak ada berada didekatnya. Mereka mondar - mandir mengambilkan buku yang kita cari, kita cukup duduk di kursi menunggu mereka mencarikan buku yang kita ingini. Pelayanan tersebut sangat membantu dan memudahkan para pengunjung yang ingin membeli buku di toko buku tersebut dan sebagai pengunjung dan pembeli saya merasa puas dengan pelayanan mereka. 
Saya juga ingat betapa ramah dan menyenangkannya pelayanan jasa perbankan. Mulai memasuki pintu kita sudah disapa ramah oleh satpam yang dengan sigap membukakan pintu masuk dan keluar setiap nasabah yang datang ke bank tersebut. Ucapan salam seperti selamat pagi ibu, ada yang bisa saya bantu dan jabat tangan pada saat kita keluar dari bank. Tuntutan pekerjaan mungkin yang mengharuskan mereka seperti itu, perusahaan tempat mereka bekerja memberikan standar pelayanan yang harus mereka berikan kepada pelanggan atau nasabah mereka.   
Perusahaan tersebut berusaha memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada pelanggan atau nasabah mereka supaya mereka tetap setia menjadi pelanggan atau nasabah mereka.
Pikiran sayapun melayang kekejadian 4 tahun silam disebuah rumah sakit, betapa sangat bertolak belakang nya sikap yang dutujukan oleh perawat rumah sakit tersebut dengan petugas di bank dan toko buku tersebut. Karena mengalami kecelakaan , ibu saya dibawah kerumah sakit pemerintah di kota saya untuk segera mendapat pertolongan. Subuh saya sudah terbangun oleh teriakan perawat yang tidak ramah , seperti marah entah memarahi pasien ataupun keluarganya. Sungguh sikap yang tidak pantas ditunjukan oleh seorang perawat yang tugasnya memang harus merawat pasien. Cukup lama saya mendengar ocehannya memarahi pasien dan keluarganya di ruang sebelah dan ia melanjutkan ocehannya di ruang perawat yang dekat dengan sal tempat ibu saya menginap. Benar - benar memberikan keriuhan di pagi hari. Lalu seorang ibu yang sedang menjaga disana datang kepada saya mengeluhkan sikap ibu tersebut yang kasar dan cerewet menurut mereka. Seharusnya rumah sakit yang juga memberikan jasa pelayananberupa kesehatan dapat memberikan pelayanan yang lebih bersahabat, menyenangkan hati pasien menyerupai pelayanan di bank ataupun toko buku tersebut. Bukankah hati yang gembira adalah obat yang baik untuk membantu proses kesembuhan mereka.Terlebih lagi untuk merawat orang yang sedang sakit memang memerlukan ekstra kesabaran. Dengan memberikan suasana yang menyenangkan tentunya dapat mempercepat kesembuhan pasien. Seharusnya jasa pelayanan yang memberikan pelayanan secara maksimal yaitu jasa kesehatan karena menyangkut jiwa manusia dan itu juga tercantum dalam sumpah profesi mereka. Apa salah nya bila mereka masuk kedalam sal mengucapkan salam " selamat pagi ibu, apa kabar hari ini? dengan memberikan senyuman dan wajah yang ramah akan membuat  pasien dan keluarganya gembira dan bersemangat. Bukankah hati yang gembira adalah obat tetapi semangat yang patah keringkan tulang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar